Wangi Kopi, Obrolan Lama, dan Kenangan yang Tersisa
CampurKita - Pagi itu tidak istimewa, sampai aroma kopi memenuhi ruang kecil di dapur.
Satu cangkir hitam pekat mengepul, dan di seberangnya — ada seseorang yang dulu pernah duduk di situ, tertawa, lalu pergi.
Kopi memang begitu: ia tak hanya pahit, tapi juga pandai menyimpan cerita.
“Kopi tak pernah berubah, hanya kenangan di sekitarnya yang menua.”
🌾 Wangi yang Menyimpan Waktu
Aroma kopi punya kekuatan yang aneh.
Ia bisa membawa kita ke masa lalu tanpa peringatan.
Satu teguk bisa mengingatkan pada hujan di sore hari, atau obrolan ringan di warung pinggir jalan.
Dan saat itu terjadi, waktu seolah berhenti — membiarkan kita menyesap kenangan pelan-pelan.
☕ Obrolan Lama di Cangkir yang Sama
Kadang bukan kopinya yang kita cari, tapi rasa ditemani.
Obrolan kecil yang dulu terasa biasa, kini jadi harta yang paling berharga.
Entah tentang pekerjaan, hujan, atau masa depan — semua terasa lebih jujur di bawah aroma kopi yang baru diseduh.
🌾 Filosofi Sederhana Kopi
Kopi mengajarkan banyak hal:
bahwa pahit bisa dinikmati, bahwa panas bisa menenangkan,
dan bahwa kesendirian tidak selalu berarti sepi.
Setiap tegukan adalah doa kecil — untuk orang-orang yang pernah datang dan meninggalkan jejak wangi di meja kayu itu.
🎉 Penutup
Aroma kopi akan selalu tinggal, bahkan setelah cangkirnya kosong.
Begitu pula kenangan: ia tak benar-benar pergi, hanya berubah menjadi rasa yang diam-diam tinggal di lidah dan hati.
💬 Pertanyaan Campur:
Kalau kamu menyesap kopi pagi ini, siapa yang paling kamu ingat pertama kali? Ceritain di kolom komentar — biar aroma kenangan kita bercampur di sini.