Jejak Kuliner Pesisir di Pelabuhan Makassar Lama

Jejak Kuliner Pesisir di Pelabuhan Makassar Lama

  • Penulis Campurkita
  • 13 November 2025
  • 4 menit

CampurKita - Begitu kaki menginjak Pelabuhan Lama Makassar, aroma laut langsung menyapa — asin, lembab, tapi juga menggoda.

Dari balik perahu kayu, terdengar suara para nelayan dan aroma ikan bakar yang menguar.
Di sini, makanan bukan sekadar jualan — ia adalah bagian dari kehidupan pesisir yang keras tapi hangat.

Sejarah yang Masih Hidup

Pelabuhan ini dulunya adalah pusat perdagangan rempah dan laut sejak abad ke-16.
Bersama kapal phinisi yang megah, datang pula kuliner khas yang dibawa oleh para pelaut: ikan bakar rica, coto Makassar, pallumara, dan barongko.
Masing-masing punya kisah tentang perjalanan, pertemuan, dan perpisahan.

“Di laut, makanan bukan hanya pengisi perut, tapi cara untuk tetap merasa manusia.”

Aroma Ikan Bakar di Tepi Dermaga

Menjelang sore, perahu nelayan berlabuh membawa hasil tangkapan segar — kakap, baronang, dan cumi.
Ikan dibersihkan di tempat, dibumbui dengan campuran bawang, kunyit, dan cabai, lalu dibakar di atas arang batok kelapa.
Asapnya tebal tapi wangi, bercampur dengan hembusan angin laut.
Satu gigitan saja cukup untuk mengerti kenapa orang Makassar selalu bilang,

“Makan itu harus pakai tangan, biar rasa lautnya nyatu.”

Ragam Kuliner Khas Pesisir

  1. Pallumara – Ikan kuah asam segar yang menggugah selera.

  2. Coto Makassar – Kuah kental berbumbu kacang, disajikan dengan ketupat.

  3. Ikan Bakar Rica – Pedas, gurih, dan aromatik.

  4. Barongko – Pisang lembut kukus dalam daun pisang, manis dan ringan sebagai penutup.

Setiap hidangan mencerminkan karakter laut — keras di luar, tapi lembut di dalam.

Suasana Pelabuhan Saat Senja

Ketika matahari mulai turun, langit Makassar berubah jingga keemasan.
Suara pedagang dan nelayan menyatu dengan debur ombak.
Orang-orang duduk di pinggir pelabuhan, menikmati ikan bakar dengan sambal dabu-dabu, sambil berbagi cerita hari ini.
Makan di sini bukan soal lapar, tapi tentang rasa syukur.

Penutup

Kuliner pesisir Makassar mengajarkan satu hal penting: bahwa rasa terbaik selalu lahir dari kesederhanaan dan kedekatan dengan alam.
Di tepi laut, di bawah langit senja, makanan terasa lebih jujur — karena dimasak dengan tangan yang setiap harinya bersentuhan langsung dengan kehidupan.

💬 Pertanyaan Campur:
Kalau kamu ke Makassar, kamu lebih ingin coba ikan bakar di tepi dermaga atau coto Makassar hangat di warung tua? Ceritakan pilihanmu di kolom komentar!