Menjelajahi Kuliner Pegunungan Dieng
CampurKita - Kabut tipis turun perlahan, udara 10 derajat menusuk lembut di pipi.
Dieng — dataran tinggi di Jawa Tengah — bukan cuma tempat untuk berburu sunrise, tapi juga surganya kuliner hangat.
Di setiap tikungan jalan dan pasar kecilnya, ada wangi jagung bakar, kentang goreng, dan minuman jahe yang menghidupkan kembali tubuh setelah dingin menggigit.
Cita Rasa dari Tanah Dingin
Tanah subur Dieng menghasilkan sayur dan umbi terbaik di Jawa Tengah.
Tak heran kalau makanan di sini selalu segar dan sederhana.
Yang paling khas tentu:
-
Carica Dieng: buah khas mirip pepaya kecil, rasanya manis asam dan disajikan sebagai manisan.
-
Kentang goreng Dieng: lebih lembut dan legit karena ditanam di dataran tinggi.
-
Mie Ongklok: mie kuah kental dengan sayur kol dan sate ayam, kombinasi unik yang hanya bisa kamu temukan di sini.
Hangatnya Minuman Pegunungan
Ketika kabut makin tebal, pedagang mulai menyalakan tungku dan mengaduk wedang uwuh, minuman jahe merah dengan kayu manis dan serai.
Ada juga kopi Dieng yang harum tapi tidak terlalu pahit —
diseduh perlahan di gelas kaca, disajikan bersama pisang rebus.
Setiap tegukan seperti menyalakan kembali api kecil di tubuhmu.
“Di Dieng, setiap minuman adalah cara alam memeluk manusia.”
🥣 Kuliner Pasar yang Tak Tergantikan
Di Pasar Batur dan Pasar Kejajar, kamu bisa menemukan kuliner lokal yang jarang terdengar:
-
Tempe kemul, tempe tipis berselimut tepung bawang putih, digoreng garing.
-
Geblek goreng, adonan tepung tapioka kenyal gurih yang jadi teman ngopi.
-
Nasi jagung hangat dengan sambal terasi dan daun pepaya muda rebus.
🌾 Filosofi Dingin dan Hangat
Makanan di Dieng punya karakter yang sama dengan udaranya —
dingin di luar, hangat di dalam.
Setiap hidangan dibuat bukan hanya untuk mengenyangkan, tapi untuk mengembalikan tenaga setelah berjalan di udara tipis.
🎉 Penutup
Menjelajahi kuliner Dieng bukan cuma tentang rasa, tapi juga tentang ketenangan.
Tentang api kecil di tungku kayu, tentang senyum pedagang yang memanggil di balik kabut.
Dan saat kamu makan mie ongklok panas sambil menatap lembah yang diselimuti awan,
kamu tahu: ini bukan cuma perjalanan wisata, tapi perjalanan rasa.
💬 Pertanyaan Campur:
Kalau kamu ke Dieng, apa yang paling ingin kamu coba duluan — mie ongklok hangat, atau carica dingin segar? Ceritakan di kolom komentar!