Review: Martabak Modern vs Martabak Tradisional
CampurKita - Malam hari di Indonesia selalu punya satu aroma yang bikin semua orang menoleh — wangi adonan martabak yang sedang matang di atas loyang besi panas.
Namun kini, aroma itu datang dalam dua dunia berbeda: martabak tradisional yang klasik dan martabak modern yang penuh inovasi.
Dua generasi rasa yang sama-sama lezat, tapi punya cerita dan karakter yang berbeda.
Martabak Tradisional – Sederhana tapi Kaya Kenangan
Martabak tradisional, atau yang dulu sering disebut martabak terang bulan, punya ciri khas:
-
Tekstur tebal, lembut, dan sedikit kenyal.
-
Rasa manis dari campuran mentega, gula, dan susu kental manis.
-
Topping klasik: kacang tanah cincang, meses cokelat, keju parut, dan wijen.
Saat matang, penjual melipatnya dengan cepat — mentega meleleh, gula mencair, dan aroma harum memenuhi udara malam.
Satu potong martabak hangat sering kali jadi pelengkap obrolan keluarga di akhir pekan.
Martabak tradisional adalah rasa nostalgia: sederhana, jujur, dan selalu berhasil membuatmu tersenyum.
Martabak Modern – Kreativitas Tanpa Batas
Seiring waktu, muncul generasi baru martabak yang lebih berani: martabak modern.
Teksturnya lebih lembut seperti kue, warnanya bervariasi (hitam, hijau matcha, merah velvet), dan topping-nya kreatif — mulai dari Oreo, Nutella, Lotus Biscoff, hingga keju premium.
Banyak gerai seperti Martabak Boss, Martabakku Menteng, dan Markobar yang membawa tren ini ke level baru.
Rasa manisnya lebih kaya, tampilannya lebih mewah, dan porsinya sering kali bisa jadi “dessert party” dalam satu loyang.
Dua Dunia yang Sama-Sama Nikmat
Meski berbeda, keduanya punya tempat di hati pecinta kuliner.
Martabak tradisional menyimpan kenangan masa kecil, sementara martabak modern menghadirkan rasa baru untuk generasi muda.
Sama seperti musik — ada yang tetap setia pada klasik, ada yang menikmati remix-nya.
Rekomendasi Martabak di Jakarta
-
Martabak Pecenongan 65A – Legendaris dengan cita rasa klasik yang tak berubah sejak 1970-an.
-
Martabak Boss – Gaya modern dengan topping premium.
-
Markobar – Didirikan oleh anak presiden, terkenal dengan delapan varian rasa dalam satu loyang.
-
Martabak Bandung “Hokky” – Menggabungkan resep tradisional dengan sentuhan modern ringan.
Filosofi di Balik Adonan
Martabak mengajarkan bahwa setiap generasi punya rasa dan cara menikmati manisnya hidup.
Yang tua menjaga tradisi, yang muda memberi warna baru — dan keduanya bisa hidup berdampingan di meja makan malam.
Baik tradisional maupun modern, martabak selalu jadi simbol kebersamaan.
Di atas loyang panas, adonan, mentega, dan gula bertemu — seperti kehidupan yang manis jika dibagi bersama.
Karena pada akhirnya, yang membuat martabak istimewa bukan topping-nya, tapi momen saat menikmatinya.