Tradisi Minum Wedang di Tanah Jawa

Tradisi Minum Wedang di Tanah Jawa

  • Penulis Campurkita
  • 6 Desember 2025
  • 4 menit

CampurKita - Ketika malam datang dan hujan mulai merintik,

orang Jawa punya satu kebiasaan turun-temurun: menyiapkan wedang.
Minuman hangat dari jahe, serai, atau kayu manis ini bukan hanya penghangat tubuh,
tapi juga penenang jiwa.

“Wedang bukan sekadar minuman — ia adalah cara orang Jawa berbicara tanpa kata.”

🌾 Apa Itu Wedang?

Kata “wedang” berasal dari bahasa Jawa “wedangane” yang berarti minuman panas.
Jenisnya banyak:

  • Wedang Jahe – klasik dan menyegarkan.

  • Wedang Uwuh – rempah campur daun-daun kering dari Keraton Yogyakarta.

  • Wedang Ronde – jahe dengan bola-bola ketan dan kacang tanah.

  • Wedang Secang – berwarna merah alami dari kayu secang.

Setiap jenis punya cerita dan filosofi tersendiri.

🌾 Nilai Filosofis

Wedang mengajarkan keseimbangan: panas untuk melawan dingin, rempah untuk menyehatkan tubuh, dan kesabaran untuk menunggu rasa sempurna.
Dalam budaya Jawa, minum wedang sering dilakukan bersama keluarga — tanda kebersamaan dan rasa syukur.

🍵 Suasana Wedangan

Coba bayangkan:
lampu minyak redup, hujan rintik, dan suara kayu jahe mendesis dalam panci.
Aroma manis jahe dan pandan memenuhi udara.
Itulah wedangan malam Jawa — tempat di mana obrolan mengalir dan keheningan terasa hangat.

🎉 Penutup

Wedang adalah bagian kecil dari kearifan Jawa yang besar:
menghangatkan tubuh tanpa berlebihan, dan menghangatkan hati tanpa banyak bicara.

💬 Pertanyaan Campur:
Kamu lebih suka wedang jahe klasik atau wedang ronde manis untuk menemani hujan sore? Ceritain di kolom komentar, biar kita bisa “ngwedang” bareng secara virtual.