Tradisi Ngeteh di Tanah Priangan

Tradisi Ngeteh di Tanah Priangan

  • Penulis Campurkita
  • 8 November 2025
  • 5 menit

CampurKita - Ada sesuatu yang menenangkan dalam secangkir teh di Tanah Priangan. Uapnya menari perlahan, aromanya lembut, rasanya hangat tapi tidak menusuk. Di Jawa Barat, ngeteh bukan sekadar kebiasaan — tapi ritual keseharian yang sarat makna. Setiap seduhan adalah simbol keramahan, ketenangan, dan kebersahajaan hidup orang Sunda.

Sejarah dan Asal Usul

Tradisi ngeteh di Tanah Priangan dimulai sejak abad ke-18, saat Belanda membuka perkebunan teh besar di daerah Pangalengan, Ciwidey, dan Sukabumi.
Namun, meski berasal dari sistem kolonial, teh justru diolah menjadi bagian dari identitas lokal.
Orang Sunda menjadikannya simbol kesopanan: tamu tak akan dipersilakan duduk tanpa segelas teh hangat di meja.

“Ngeteh téh teu kudu aya acarana, tapi kudu aya haténa.”

(Minum teh tak butuh alasan, tapi harus dengan hati.)

Filosofi di Balik Seduhan

Bagi masyarakat Priangan, ngeteh adalah waktu untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk.
Teh diseduh tanpa terburu-buru, dinikmati sambil ngobrol ringan — atau sekadar memandangi kabut turun di kebun.
Rasanya bukan sekadar manis atau pahit, tapi campuran emosi dan ketenangan.

Teh juga dipercaya membantu “ngabenerkeun haté” — menenangkan pikiran yang kusut, menyeimbangkan rasa setelah hari panjang.

Cita Rasa Khas Teh Priangan

Teh dari Tanah Priangan terkenal dengan warna merah keemasan dan aroma lembut bunga hutan.
Jenis yang paling populer antara lain:

  • Teh hitam Cisaroni – wangi tajam dan rasa kuat.

  • Teh hijau Ciwidey – segar dan ringan, cocok diminum sore hari.

  • Teh melati Pangalengan – lembut dengan aroma floral alami.

Biasanya disajikan tanpa gula, atau dengan sedikit gula batu, agar rasa alaminya tetap dominan.

Ngeteh Sebagai Simbol Kebersamaan

Di pedesaan, ngeteh dilakukan bersama keluarga di pagi atau sore hari.
Teh diseduh di poci tanah liat, diminum dari cangkir kecil sambil bercengkerama.
Bahkan di pasar atau warung kopi, ritual ini tetap hidup — menjadi bahasa keakraban di antara penjual dan pembeli.

Tempat Menikmati Teh Terbaik di Tanah Priangan

  1. Kebun Teh Pangalengan – udara sejuk, teh diseduh langsung dari daun segar.

  2. Warung Teh Gunung Mas – Ciwidey – tempat lokal berkumpul, penuh cerita.

  3. Kafe Teh Dago Heritage – Bandung – versi modern dengan pemandangan kota dari atas bukit.

Penutup

Di dunia yang serba cepat, teh dari Tanah Priangan mengingatkan kita untuk pelan-pelan.
Karena seperti kata orang Sunda, “Hirup téh kudu diinum laun-laun, supaya karasa nikmatna.”
(Hidup itu harus diminum pelan-pelan agar terasa nikmatnya.)

💬 Pertanyaan Campur:
Kamu lebih suka teh pahit tanpa gula seperti orang tua dulu, atau teh manis hangat sambil ngemil gorengan? Ceritakan versi ngetehmu di kolom komentar!